Festival Seni Multatuli 2021
Festival Seni Multatuli 2021 dengan Tema “Tunggul Buhun” Digelar Selama Seminggu Secara Virtual
Setelah terjeda satu tahun karena pandemi covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia, pada tahun ini, Festival Seni Multatuli (FSM) diselenggarakan dengan konsep virtual atau daring (dalam jaringan) yang sedianya akan digelar selama tujuh hari, 4-10 Oktober 2021, melalui platform/aplikasi berbagi video dengan kanal resmi Youtube Festival Seni Multatuli.
Berbeda dengan dua kegiatan sebelumnya yang masih berada dalam lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, kegiatan FSM saat ini masih berada di bawah Bidang Budaya, tetapi di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lebak. Namun demikian, FSM 2021 tetap berkoordinasi dengan Platform Indonesiana Kemendikbud Ristek RI untuk sebagian kecil kegiatannya dalam hal pembiayaan, karena sebagian besar pelaksanaannya dibiaya oleh Pemerintah Kabupaten Lebak. Jika FSM 2018 mengangkat tema “Narasi sebagai Aset” dan FSM 2019 dengan tema “Seni dan Kopi”, maka tema FSM 2021, yaitu: “Tunggul Buhun”.
Tunggul Buhun (akar tua) menjadi tema dalam FSM 2021 berangkat dari kegelisahan para pegiat dan pekerja seni budaya di Lebak yang nyaris tidak bisa berkutik selama masa pandemi. Kerja-kerja kesenian dan kebudayaan seakan hilang dari jadwal keseharian yang berakibat pada goyahnya sendi perekonomian para seniman. Oleh karena itu, FSM 2021 menjadi momentum kebangkitan kerja-kerja kesenian yang mengacu pada akar budaya sebagai ajaran pelestaraian warisan para leluhur yang diistilahkan dalam Tunggul Buhun.
FSM 2021 seperti hendak mengonsolidasikan kembali elemen-elemen seni budaya yang ada di Kabupaten Lebak dengan merangkul seluruh eksponen seniman untuk bergabung mensukseskan seluruh rangkaian acara. Ada sejumlah program acara selama tujuh hari berturut-turut akan ditampilkan secara virtual melalui kanal Youtube FSM. Sementara kegiatan simposium, diskusi, atau bedah buku dilakukan melalui platform Zoom Meeting yang disingkronisasikan ke kanal Youtube FSM.
Program-program tersebut antara lain: Riset Angklung Buhun dengan tiga kegiatan, yaitu: (1) pembuatan film dokumenter berjudul Marengos: Sora Buhun Keur Pohaci, (2) penyusunan buku hasil riset, dan (3) lokakarya angklung buhun yang menghadirkan Dr. Ismet Ruchimat, Dosen Pasca Sarjana ISBI Bandung dan pimpinan Samba Sunda yang mengemas musik angklung buhun secara kontemporer dengan judul Buhunna Sora. Lokakarya ini melibatkan 25 seniman dari sanggar dan komunitas yang ada di Lebak. Buhunna Sora rencananya akan ditampilkan secara hybrid di Alula Multatuli Setda Lebak dalam acara penutupan dalam konser musik bersama Samba Sunda.
Simposium bertajuk Manis tapi Tragis yang mengangkat kisah cinta Saidjah Adinda. Menghadirkan narasumber utama, yaitu: Okky Madasari, Ph.D., Saut Situmorang, Rhoma Dwi Arya Yuliantri, M.Pd., Dr. Ari Yogaiswara Adipurwawidjana, M.A, dan 15 narasumber terpilih yang naskahnya lolos kurasi dalam Call For Paper.
Penerbitan buku cerita anak dengan tema Harta Karun dari Tanah Karuhun. Sebanyak lebih dari seratus peserta yang mengirimkan karya cerita anak, hanya terpilih sebanyak 20 naskah yang akan dibuatkan buku digital. Sementara buku fisiknya dicetak secara terbatas. Panitia memercayakan pemilihan naskah karya peserta kepada dua orang kurator, yakni: Siti Zahroh dan Minhatul Ma’arif.
Dengan demikian ada tiga buku yang lahir dalam FSM 2021 kali ini, yaitu: Buku Hasil Riset Angklung Buhun “Buhunna Sora”, Prosiding Simposium “Manis tapi Tragis”, dan Buku Cerita Anak “Harta Karun dari Tanah Karuhun”. Selain itu, ada juga acara bedah buku “Seputar Wabah Pes dan Refleksi Kita” dengan narasumber Syefri Luwis dan “Arsip, Vaksinasi, dan Inovasi Kesehatan Hindia Belanda” menghadirkan narasumber Atep Kurnia.
Program Telusur Jejak Multatuli pun ditayangkan secara virtual. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini tim kerja Telusur Jejak Multatuli mengemas acara dengan merekam sejumlah lokasi dan spot-spot yang ada dalam buku Max Havelaar dan mengajak peserta untuk mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah dengan menonton tayangannya di kanal Youtube FSM. Dan tentunya ada beberapa hal menarik dalam kegiatan ini bagi peserta yang mengikuti secara daring.
FSM 2021 dibuka secara resmi oleh Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya pada Senin, 4 Oktober 2021. Dalam acara pembukaan tersebut kita akan dihibur oleh kelompok musik Beranda Rumah, dan Monolog dari Taufik Putra Pamungkas tentang Sadjah Adinda. Sedangkan pada malam harinya kita akan disuguhkan dengan pemutaran film dokumenter Angklung Buhun, “Marengo: Sora Buhun Keur Pohaci” dan pertunjukan musik “Ngasuh” oleh Rijal Mahfud ft. Ika.
Sepuluh tayangan seni media baru hasil kerja kreatif dari berbagai genre kesenian yang melibatkan seluruh seniman Lebak akan menjadi tontonan yang ditunggu-tunggu di kanal Youtube FSM. Selama lima hari berturut-turut kita disuguhkan penampilan kesenian dengan konsep yang berbeda dari sebelumnya dalam perhelatan FSM. Penampilan tersebut antara lain: Tari Tradisonal dan Kontemporer, Musik Tradisional, Balada, dan Kontemporer, Dramatisasi Puisi, Teater, Seni Rupa dan Mix Media.
Berikut ini jadwalnya: Pada Selasa, 5 Oktober 2021 akan tampil Muklis Dance Company dan Seni Rupa dan Mix Media Edi Bonetsky, 6 Oktober 2021 KPJ Rangkasbitung dan Dramatisasi Puisi oleh Daus, 7 Oktober 2021 pertunjukan sanggar Permata dan musik kontemporer Velovy, 8 Oktober 2021 penampilan pencak silat dari Sanggar Putra Panglipur, 9 Oktober 2021 pertunjukan teater Gurian dan terater Gates.
Selain rangkaian acara di atas, setiap hari akan ada tayangan podcast dari Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lebak yang akan menampilkan beragam produk Ekonomi Kreatif dari insan-insan kreatif Lebak.
Ada hal yang menarik kali ini, yang juga merupakan salah satu program dalam FSM 2021. Program artistik seni instalasi yang menampilkan sebuah rancang bangun dari bambu berbentuk Bubu (perangkap ikan). Gagasan dalam konsep Bubu bermula dari respon para seniman rupa yang tergabung dalam komunitas Kuldesain, dimana masa pandemi dirasakan sebagai jebakan zaman yang membuat kita semua tidak bisa kembali berbalik ke belakang. Kita seakan terjebak dalam perangkap zaman yang mengharuskan untuk mengikuti semua aturan main yang berlaku selama masa pandemi, yakni mentaati Prokes dan melakukan kegiatan dengan memperhatikan aspek 3M.
Selain itu juga ada maskot FSM 2021 yaitu Si Belang dan Si Pantang. Si Belang merepresentasikan penguasa yang suka memangsa, menindas dan menganiaya kaum lemah. Dan Si Pantang yang merepresentasikan petani di Lebak Selatan yang pantang menyerah. Dua maskot tersebut terinspirasi dari harimau yang menyerang Si Pantang, nama kerbau yang sangat besar badannya milik keluarga Saidjah dalam novel Max Havelaar. Dalam acara penutupan pada Minggu, 10 Oktober 2021, sedianya akan dimeriahkan dengan konser musik Buhunna Sora dan Samba Sunda. Kelompok musik Buhunna Sora ditampilkan sebagai pertanggungjawaban karya dari kegiatan lokakarya angklung buhun yang diampu oleh Ismet Ruchimat. Kegaiatan ini dilaksanakan secara hybrid di Aula Multatuli Setda Lebak dengan undangan terbatas dan disiarkan secara luas melalui kanal Youtube FSM.
Leave a Reply